
Musi Triboatton 2016
Musi Triboatton 2016
Pindang terapung di tepian Musi
Sungai Musi merupakan urat nadi masyarakat Palembang. Meskipun masih banyak yang membelakangi sungai Musi dan buang sampah sembarangan, tetapi sungai Musi memegang peranan penting dalam kehidupan warga Palembang. Masih ada lho yang tinggal di rumah rakit yang ditambatkan di pinggir sungai Musi. Begitu juga dengan warung makanan. Di tepian sungai Musi, banyak warung makanan yang tertambat di pinggir sungai Musi.
Setiap hari Al-Quran Al Akbar selalu dikunjungi oleh banyak orang baik warga Palembang maupun turis lokal dan mancanegara
Kampung Al Munawar
Hari Senin (9/05) sampai Jumat (13/05), saya diundang oleh Kementerian Pariwisata sebagai salah satu blogger lokal untuk mengikuti Familiarisation Trip dalam rangka menyambut Musi Triboatton. ย Tujuannya memang tidak mengikuti seluruh rute Musi Triboatton, tetapi lebih memperkenalkan pariwisata Palembang dan menghadiri pembukaan Musi Triboatton yang akan diadakan pada tanggal 12/05 nanti.
Aneka songket Palembang
Jalan menuju gua putri
Setelah nonton gerhana matahari di jembatan Ampera, perjalanan dilanjutkan menuju kota Baturaja. Kami tiba di sana malam hari dan langsung menuju hotel Bukit Indah Lestari. Setelah diberi makan malam ayam bakar, kami langsung tepar di kamar masing-masing. Keesokan paginya, setelah sarapan kami langsung menuju gua Putri. Gua Putri terletak di desa Padang Bindu Kecamatan Semidang Aji. Perjalanan dari kota Baturaja ke sana ditempuh dalam waktu 45 menit.
Poster acaranya
Hari Sabtu 26 Maret, Kementerian Pariwisata dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel mengadakan Musi Jazz. Acara ini diadakan di pinggir sungai Musi sesuai dengan namanya, tepatnya di depan Benteng Kuto Besak Palembang. Bulan sebelumnya diadakan acara Musi Jazz juga tetapi di PSCC. Undangan yang disebar terbatas dan bintangnya juga bintang yang lebih sesuai dengan selera orang tua, jadinya yang datang lebih sedikit.
Jauh sebelum ada backpacker ataupun ribut-ribut antar traveler vs turis ataupun soal traveler pemula, di Sumatera Selatan sudah terkenal kisah tentang Serunting. Ya levelnya memang cuma keluyuran di Sumatera bagian selatan saja, tapi itu jaman dulu. Jaman belum ada motor jadi bisa kayak om Bolang yang keliling wilayah timur Indonesia pake motor. Sumatera Selatan itu luas banget, gak kebayang kalau naik kuda atau pun jalan kaki kayak Serunting ini.
Agak telat memang :mrgreen:, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Bukan begitu teman-teman?
Tanggal 9 Maret tadi sepertinya sebagian besar Indonesia tahu kalau ada gerhana matahari total yang melintasi beberapa wilayah di Indonesia. Saya termasuk yang beruntung karena kota tempat saya tinggal Palembang, menjadi wilayah pertama yang akan dilintasi gerhana matahari total ini. Ya, tinggal duduk manis di depan rumah buat nongkrongin mataharinya atau kalaupun tidak terlihat jelas tinggal ngesot ke lapangan deket rumah biar bisa ngelihat proses gerhana mataharinya. Sebenarnya tempat ideal buat melihat proses gerhana matahari total ini salah satunya di atas jembatan ampera. Cuma, saya agak alergi dengan keramaian. Membayangkan untuk berdiri berdesak-desakan demi menonton gerhana sama sekali tidak terlintas dalam pikiran saya. Mending tidur di rumah nonton dari depan rumah saja deh.
Orang Palembang memiliki beragam pilihan untuk sarapan. Kalau mau sarapan biasa, tentu saja ada nasi goreng, nasi uduk ataupun bubur. Kalau malas bisa juga sarapan mie instan #halah. Ada juga yang sarapannya pempek sambil ngirup cuko. Selain macam-macam sarapan di atas, ada juga beberapa jenis sarapan yang biasa disantap orang Palembang di pagi hari.
Semua makanan ini enak, mungkin karena kuahnya terbuat dari santan. Tahu sendiri kan kalau santan merupakan kenikmatan dunia yang bisa berbuntut pada kolesterol *sigh*. Ragit, celimpungan, burgo, lakso dan laksa dapat dengan mudah ditemui di seantero Palembang. Dulu suka ada ibu-ibu yang keliling kampung menjajakan makanan ini sambil membawa panci berukuran besar. Karena kuahnya cuma satu macam jadi cukup membawa satu panci saja.
Kalau tidak mau lama menunggu penjual keliling, sarapan semacam ini bisa dijumpai di sepanjang jalan Dr. M. Isa dan Pasar Kuto. Kami mencoba sarapan ini di warung Aba yang terletak di dekat pasar Kuto. Wajib dicoba kalau sedang berkunjung ke Palembang.