Ketika pertama kali dibuka awal tahun 2019, Soonfat yang berada di jalan Veteran cukup menarik perhatian terutama karena harganya yang murah. Selama ini di Palembang cukup susah mencari Korean Barbeque apalagi dengan harga yang terjangkau, sekalinya ada harganya cukup mahal. Makanya ketika itu, untuk makan di sini antriannya kadang panjang banget. Apalagi tempat ini hanya buka di malam hari saja, sehingga kalau mau makan di sini harus bersabar menunggu. Continue reading
Tag Archives: food review
Oleh-Oleh Khas Palembang: Kue Maksuba dan Kue Delapan Jam Palembang Harum

Kue maksuba dan delapan jam
Tidak ada yang lebih membahagiakan saya ketika lebaran. Selain karena lebaran adalah hari yang istimewa, lebaran juga adalah kesempatan saya untuk mencicipi kue-kue khas Palembang terutama maksuba. Sedari kecil, maksuba adalah kue yang paling saya sukai. Terbuat dari telur, gula, susu dan mentega, rasanya yang manis dan gurih membuat satu potong saja tak cukup untuk saya. Kadang-kadang kalo bertamu ke rumah orang lain pada saat lebaran, maka yang paling dicari adalah maksuba. Continue reading
Pochajjang Palembang Bangau

Pochajjang
Shabu Pot Palembang

Shabu pot
Setelah beberapa kali menulis tentang restoran All You Can Eat (AYCE) di Palembang. Giliran kali ini adalah Shabu Pot yang berlokasi di Rajawali Village, bersebelahan dengan Baropi Grill.
Manse Korean Grill Palembang

Manse Korean Grill Palembang
Restoran All You Can Eat di Palembang khususnya Korean Grill semakin bertambah meriah dengan dibukanya Manse Korean Grill awal bulan Oktober ini. Manse Korean Grill berada di jalan Demang Lebar Daun, tepatnya di seberang Percetakan Erlangga Palembang. Continue reading
Makanan Halal di Osaka

Menu halal di Naritaya Osaka
Jepang saat ini sudah menjadi tujuan utama wisatawan Indonesia ketika berniat untuk berlibur ke luar negeri. Masalah yang sering dikeluhkan oleh wisatawan Indonesia adalah sulit memperoleh makanan halal di Jepang. Continue reading
Mencoba Kobe beef di Steak Land Kobe
Sebenarnya tahun ini adalah kali kedua saya mengunjungi Kobe. Trip pertama saya ke luar negeri adalah mengikuti konferensi di Kobe tahun 2005. Tapi tahun segitu saya masih lugu, tidak ada pikiran sama sekali untuk extend trip saya biar bisa jalan-jalan setelah konferensi. Ikut saja tanggal pergi dan pulang yang ditentukan oleh kantor. Padahal dari jatah 15 hari visa harusnya bisa jalan-jalan barang 3 atau 4 hari. Saya cuma sempat ke Osaka Castle dan setelah itu pulang lagi ke Kobe. Di Kobe pun kerjaan saya cuma mengikuti konferensi dari pagi sampai malam. Makanan yang saya coba cuma okonomiyaki dan lagi-lagi nasi kari. Tidak mencoba makan sushi dan sashimi, apalagi mencoba kobe beef. Mahal banget soalnya, dengan duit pas-pasan manalah kepikiran buat mencoba. Jaman segitu, travel blogger belum ada. Pun informasi soal Kobe di internet juga terbatas. Continue reading
Pesona Warung Pindang Terapung

Pindang terapung di tepian Musi
Sungai Musi merupakan urat nadi masyarakat Palembang. Meskipun masih banyak yang membelakangi sungai Musi dan buang sampah sembarangan, tetapi sungai Musi memegang peranan penting dalam kehidupan warga Palembang. Masih ada lho yang tinggal di rumah rakit yang ditambatkan di pinggir sungai Musi. Begitu juga dengan warung makanan. Di tepian sungai Musi, banyak warung makanan yang tertambat di pinggir sungai Musi.
Sarapan ala Palembang
Orang Palembang memiliki beragam pilihan untuk sarapan. Kalau mau sarapan biasa, tentu saja ada nasi goreng, nasi uduk ataupun bubur. Kalau malas bisa juga sarapan mie instan #halah. Ada juga yang sarapannya pempek sambil ngirup cuko. Selain macam-macam sarapan di atas, ada juga beberapa jenis sarapan yang biasa disantap orang Palembang di pagi hari.
Mi celor menjadi salah satu pilihan sarapan di Palembang. Mi celor dijual di banyak tempat di Palembang, tetapi yang populer tentu saja mi celor HM Syafei yang berada di pasar 26 Ilir. Kuah mi celor kental dan terbuat dari kaldu udang. Rasanya tentu saja enak, Indomie saja mengeluarkan varian mi instan mie celor. Kalau mengunjungi Palembang, cobalah sarapan mi celor.
Ragit merupakan makanan Palembang yang mendapat pengaruh dari India, bentuk ragit sendiri mirip dengan roti jala, kuahnya terbuat dari kari tetapi tidak terlalu kental. Celimpungan terbuat dari adonan pempek dan dibentuk bulat, adonan celimpungan direbus di dalam kuah santan. Burgo terbuat dari tepung beras yang didadar kemudian digulung. Lakso juga dibuat dari tepung beras dan dibentuk menyerupai mi. Kuah celimpungan, burgo dan lakso biasanya sama. Oleh karena itu, trio makanan ini biasanya dijual bersamaan. Laksan juga terbuat dari adonan pempek, tapi berbeda dengan burgo, bentuk laksan biasanya oval panjang dan kemudian dipotong-potong. Kuahnya agak mirip dengan kuah makanan lain, cuma bedanya kuah laksan biasanya lebih pedas.
Semua makanan ini enak, mungkin karena kuahnya terbuat dari santan. Tahu sendiri kan kalau santan merupakan kenikmatan dunia yang bisa berbuntut pada kolesterol *sigh*. Ragit, celimpungan, burgo, lakso dan laksa dapat dengan mudah ditemui di seantero Palembang. Dulu suka ada ibu-ibu yang keliling kampung menjajakan makanan ini sambil membawa panci berukuran besar. Karena kuahnya cuma satu macam jadi cukup membawa satu panci saja.
Kalau tidak mau lama menunggu penjual keliling, sarapan semacam ini bisa dijumpai di sepanjang jalan Dr. M. Isa dan Pasar Kuto. Kami mencoba sarapan ini di warung Aba yang terletak di dekat pasar Kuto. Wajib dicoba kalau sedang berkunjung ke Palembang.
Sushi Tei
Akhirnya sushi tei membuka restoran pertamanya di Palembang. Tidak salah-salah, sushi tei membuka restoran yang berdiri sendiri dan tidak terletak di mall. Pemberitahuan kalau sushi tei bakal buka juga sudah lama tersebar, sayangnya karena proses pembuatan bangunan, pembukaan sushi tei tersalip oleh pembukaan ichiban sushi. Dan pada tanggal 23 Juli 2015, sushi tei membuka pintunya untuk publik. Lokasi sushi tei juga amat dekat dengan tempat saya biasa beredar sehingga buat ke sini tidak terlalu menyulitkan saya.