Apa yang terjadi di Senin ini?
bangun kesiangan. telat masuk kantor. bete. pusing karena terpaksa balik ke kacamata lama karena kacamata baru patah. tak dapat inspirasi untuk ngeblog. memasukkan data untuk survey kecil-kecilan yang sedang dilakukan di kantor. dan ternyata ada ketidakkonsistenan dalam menjawab survey ini. hehehe
Beberapa kuesioner yang saya baca pas ditanya ngapain aja pas pacaran jawabannya paling sampai dicium kening. tapi pasti ditanya pernah atau tidak berhubungan seks jawabannya pernah.
eh, tapi jangan khawatir dik Mario, berdasarkan survey ini juga. sepertinya yang terbanyak yang dilakukan pada saat pacaran hanya ngobrol dan pegangan tangan. dan juga estimasinya sekitar 10% mahasiswa tidak pernah pacaran.
Dan voila! jadilah postingan untuk hari Senin ini.
😆
Yang saya takutkan gimana kalo kasusnya tidak termasuk “kebanyakan”. Dengan semakin banyaknya pintu komunikasi, tantangan buat orang tua kan gimana untuk tetap bisa mengontrol anaknya tanpa harus membuat anak risih. 😕
Seperti biasa mikir kejauhan.BTW, saya juga bangun jam 10 dan baru masuk kantor jam 3 siang kok. :-“
agak susah sih, arus informasi yang semakin deras membuat kita tidak bisa membandingkannya dengan jaman kita dulu. tapi yang jelas, sebaiknya anak-anak diberitahu konsekuensinya seperti apa kalau melakukan sesuatu. jadi tidak asal melarang sahaja.
Beberapa waktu yang lalu, seorang konselor remaja cerita kasus yang datang ke dia. karena dikekang, seorang mahasiswi malah pacaran backstreet dan akibatnya : hamil deh… jadi, asal melarang juga malah bahaya lho. dan peer pressure juga berpengaruh, meskipun di rumah sudah dikasih tahu yang benar seperti apa, kalau tidak kuat bisa-bisa kalah oleh tekanan teman dekatnya.
Dan sampai sekarang saya masih mengira-ngira formula yang tepat untuk membentuk remaja agar menjadi remaja bertanggung jawab. lha wong dalam survey ini saja, yang katanya sudah melakukan hubungan seks ada beberapa yang karena ingin tahu rasanya. dan sebagian besar setuju kalau seks pranikah tidak sesuai dengan norma agama tapi kok masih melakukan hubungan seks juga memang sih yang sudah melakukan hubungan seks kalau berdasarkan estimasi adalah sekitar 10 – 15% dari keseluruhan. jadi kalau sudah nemu formulanya mbok ya saya dikasih tahu…
wogh… lebih parah lagi ternyata….
Kita? Situ kali.
*eh* (ninja)
Wah serem juga. :-SS
Yap, saya juga ga pingin bertangan besi kaya Prof Amy Chua si ibu harimau sih. Saya juga aslinya dididik agak overprotective, tapi demokratis lah, sering diajak omong sama ortu dan dikasih pengertian, alih-alih ga boleh ini itu. Mustinya tinggal ntar gimana menerapkannya sesuai perkembangan jaman ya.
Tentang peer pressure ini, rupanya didikan ortu kita masih ngaruh ya: pilihlah teman, jangan sembarang berteman dengan orang lain.
Lah…mana ngertilah saya, wong belom jadi ortu je. 😆
Tapi ya ini karena lab saya lagi direnovasi sih. Tukang-tukang di lantai 1 lagi ngelas entah apa. Karena tempatnya agak terbuka, dari tempat duduk saya di lantai 2 tercium aroma yang aduhai, dan suara pun mengalun merdu: las pada pagi hari dan lagu India pada malam hari, kaya misalnya Kamis minggu lalu ada lagu Kuch Kuch Hota Hai. Jadi males berangkat kerja, kayanya enak kerja di rumah aja. Tapi kalo di rumah terus kesannya kaya forever alone, apa baiknya duduk tempat mahasiswa undergrad nongkrong ya, biar bisa sambil cari pemandangan. 😆
Wah, berarti hubungan itu dilangsungkan tidak pada saat berpacaran. Hwehe. 😀
Peserta surveinya semuanya mahasiswa tah? Kalau pelajar gimana ya? (thinking)
Mbak Ira, Senen-mu sangat menyebalkan. 😀
seninku ada audit.. audittt.. auditt…. #lospokus
iya mba kebanyakan remaja penasaran untuk praktikum atau berhubungan intim karena mereka kurang mendapat informasi yg cukup tentang resikonya, mau bertanyapun kadang malu terbentur tabu ya