Ada hal yang menarik ketika saya mencoba naik kereta ekonomi setelah sekian lama. yayaya… mungkin ini bisa disebut semacam kesombongan kelas menengah dari orang-orang macam saya. baru sekali naik kereta kelas ekonomi saja hebohnya luar biasa. tapi ini bisa jadi tulisan yang lain sih.
Saya memang termasuk orang yang sulit untuk membuka percakapan dengan orang lain. saya pernah duduk bersebelahan di kereta selama lebih dari 7 jam dan sama sekali tidak bercakap-cakap dengan orang yang duduk di sebelah saya. dan biasanya saya naik kereta malam sehingga orang lebih memilih tidur untuk bercakap-cakap dengan tetangga sekitarnya. Apalagi kalau duduk di pesawat yang cuma 1 jam, tambah malaslah saya berbasa-basi.
Tetapi pengalaman naik kereta ekonomi ini sungguh membuat saya jadi mempertanyakan satu hal. Kenapa ada orang yang bisa dengan mudah menceritakan hal-hal yang dalam pandangan saya seharusnya menjadi hal yang rahasia dan tidak sembarangan orang bisa tahu.
Saya naik kereta ini dengan perasaan was-was karena cukup banyak mendengar cerita yang menyeramkan dari adik saya yang pernah naik kereta ini. untungnya tetangga bangku saya, seorang bapak memutuskan untuk pindah ke kursi lain yang kosong sementara bangku yang berhadapan dengan saya diduduki orang bapak dan anak perempuannya. saya hanya sekadar berbasa-basi dengan para tetangga saya dan selama perjalanan selanjutnya saya lebih memilih tidur dan membaca buku kalau terbangun atau memandangi pemandangan di luar sana. Gerbong yang kami tumpangi lumayan sepi sehingga tidak terlalu terdengar percakapan.
Tetapi suasana berubah ketika kereta berhenti di Martapura. ada seorang ibu muda dan beberapa anaknya naik dan duduk di bangku yang berada di sisi lain. si ibu ini mulai berbasa-basi dengan tetangga-tetangga bangkunya. Karena suaranya yang lumayan kencang percakapan itu sampai ke telinga saya tanpa bermaksud untuk menguping. kemudian basa-basi itu terus berlanjut tentang tujuan si ibu, keluarganya, jumlah anaknya berapa dan si ibu pernah tinggal di mana saja. OKlah, standar basa-basi orang Indonesia yang menurut saya sih menyebalkan :D. Dan ketika saya hampir sampai ke tujuan, cerita ibu ini sudah sampai ke bagaimana hubungannya dengan saudara iparnya tidak cocok karena saudara iparnya menguasai suaminya alias kakak si ibu ini. saya tidak tahu bagaimana akhir ceritanya karena saya turun duluan.
Itu cerita pertama ya. dan cerita kedua adalah setelah menikmati satu bangku sendirian saja, saya mendapat teman duduk dua orang ibu-ibu yang naik dari salah satu stasiun di daerah lampung. dan dengan yang ini, saya tidak perlu berusaha keras untuk mendengarkan curhat salah seorang yang nampaknya punya perasaan terhadap pria lain meskipun yang bersangkutan sudah menikah. Mereka tampaknya tidak sadar ada orang sekepo saya yang meskipun pura-pura tidak mendengar tetapi ingat apa saja yang mereka bahas *batuk-batuk*.
Saya tidak tahu apakah mereka ini tidak sadar bahaya curhat di muka umum. bisa jadi karena mereka menganggap bahwa hanya ketemu beberapa jam ini dan setelah ini tidak bakal bertemu lagi. Atau bisa jadi saya yang tertutup ini malah lebay karena menganggap hal ini berlebihan.
Tapi seriously, bagaimana kalau ternyata di antara para pendengar tidak sengaja itu terselip tetangga atau bos atau teman sekantor di masa depan?
Hayoo… bagaimana?
Haha. Sama sih, aku juga gak gitu bisa membuka percakapan dengan orang yang tidak dikenal semacam itu. \Ini juga curhat, yak?\
Mereka para pencurhat semacam itu sih ngerasanya lebih plong aja ngomong curhat semacam itu ama orang yang gak dikenal, meski ada juga beberapa yang emang suka curhat ceplas-ceplos gak peduli kenal ato kagak. Pernah beberapa kali tanya sama orang pencurhat semacam itu soalnya. 😀
Tapi iya juga yak? Kenapa mereka gak sempet mikir kalau bisa jadi orang yang tadinya gak dikenal di masa depan bakal masuk ke kehidupannya? Pasti bakalan canggung, kan?
Saya tau …
mengapa kok orang nekat mau curhat di depan umum …
bahkan kepada orang yang baru dikenalnya …
Sebab …
dilingkungannya …
tidak ada yang mau mendengar dia …
akhirnya dia cari kuping sembarang untuk mendengarkan ocehan dia …
(hahaha … iya nggak siiihhh … ???)
Salam saya Tik
Tumben tulisannya panjang.
Jadi lain kali kalo mau curhat bisik-bisik aja *ihihik* 😀
sampeyan sampai ke Martapura ? 😐
*iya iya martapura bukan cuma ada di kampung saya*
dan soal obrolan itu, sampeyan bener 😐
iya bener bgt tumben panjang biasanya juga pendek pendek ….