Sehari di Solo dengan menggunakan Batik Solo Trans

Hari Sabtu (21/9), saya berada di Solo. Karena tidak ada rencana mau ngapain, akhirnya saya memilih untuk jalan-jalan keliling kota Solo. Masalahnya, saya hanya mengandalkan kendaraan umum saja. Saya tidak memakai aplikasi ojek online, dan keliling Solo dengan taksi tentu saja mahal. Akhirnya saya  mencoba untuk menggunakan Batik Solo Trans plus jalan kaki.

Tujuan awal ketika di Solo tentu saja adalah untuk mencoba kulinernya. Saya menginap di Pop! Hotel yang terletak di jalan Slamet Riyadi.  Buat menghemat biaya hotel, saya memilih untuk tidak menambah sarapan di hotel. Daripada sarapan di hotel yang rasanya paling begitu-begitu saja, mending saya mencari sarapan khas Solo. Jadi malam sebelumnya saya sudah mencari rekomendasi tempat sarapan yang ok di Solo, dengan syarat harus distance walking dari halte BST. Setelah googling, soto Triwindu nampaknya ok juga buat dicoba.

Tidak terlalu jauh dari Pop! Hotel terdapat halte BST, jam 8 pagi saya sudah menunggu bus BST. Ada 2 jalur yang beroperasi melewati Halte RS Kasih Ibu ini, jadi sebelum naik bisa ditanyakan apakah melewati tujuan kita atau tidak. Saya akan turun di pasar Triwindu, jadi disarankan naik jurusan Palur – Adi Sumarmo. Tarif naik bus ini adalah 4.500. Sayangnya beberapa kali saya naik bus ini, petugasnya tidak memberikan tiket. Mungkin beda kebijakan kali ya, karena beberapa kali juga saya diberi tiket oleh petugasnya.

Rute Koridor 1 dan 2 Batik Solo Trans

Untuk menuju soto Triwindu, turunnya di halte McDonald’s. Yakali ke Solo makan Mekdi. Tetap teguh dengan pendirian, saya menuju Soto Triwindu. Sebenarnya buat sarapan pagi, makan soto sudah termasuk berat. Tapi karena sedang ada di Solo, kapan lagi. Lagipula bakalan banyak jalan kaki jadi harus menyiapkan tenaga.

Petunjuk di depan jalan masuk soto Triwindu

Jalan kaki sebentar, sampai di Soto Triwindu yang agak masuk ke dalam gang. Di luar ada papan petunjuk jelas jadi tidak bakalan nyasar. Untungnya pas makan gak sampe ngantri, karena saya sendirian juga. Jadi bisalah nyelip di mana pun. Saya memesan soto ditambah (((condiment))) paru dan babat. Soto daging sapinya memang enak sih, kuahnya juga gurih. Pengen nambah makanan lain juga, tapi ternyata soto daging + babat + paru itu sudah cukup mengenyangkan. Total yang dibayar untuk makan di sini adalah 52 ribu untuk soto + es teh tawar.

Soto ditambah paru goreng dan babat goreng. Endolita estaurina.

Setelahnya, saya jalan kaki menuju Radya Pustaka. Sebelum Radya Pustaka sebenarnya ada satu museum lagi yang bisa dikunjungi yaitu museum batik Danar Hadi Solo. Cuma waktu itu, tempatnya keliatan rame banget jadi males lah masuk ke sana. Yang menyenangkan dari jalan kaki di sepanjang jalan Slamet Riyadi adalah trotoarnya lebar dan banyak mural yang ok.

Mural di jalan Slamet Riyadi Solo

Trotoar yang rindang dan lebar di Solo

Masuk ke Museum Radya Pustaka gratis, pengunjung cuma diminta untuk menuliskan data diri di bagian penerima tamu. Kalau mau, tersedia juga pemandu wisata sehingga pengunjung bisa mendapatkan penjelasan secara rinci. Setelah puas berkeliling di sini, saya keluar untuk menuju ke Pasar Grosir Solo buat melihat-lihat kain batik.

Museum Radya Pustaka Solo

Bagian dalam museum Radya Pustaka

Ketika saya hendak keluar, terdengar bunyi klakson kereta. Ternyata kereta Bathara Kresna yang lewat hendak menuju ke Wonogiri. Kereta Bathara Kresna merupakan salah satu kereta yang jalur keretanya melintasi jalanan di tengah kota.

Kereta Bathara Kresna melintasi jalan Slamet Riyadi Solo

Setelah kereta lewat, saya menyeberangi jalan untuk menunggu bus BST di halte yang terletak persis di depan Museum Radya Pustaka. Tujuan berikutnya adalah Pusat Grosir Solo atau PGS. Setelah turun di halte seberang PGS, saya memutuskan belok dulu menuju pasar Klewer yang ternyata masih direnovasi dan terus jalan sampai ke gerbang Keraton Surakarta Hadiningrat. Sempat jajan es teh di sana, saya berulang kali ditawari oleh bapak-bapak penarik becak untuk ikut tur ke dalam istana dengan menggunakan becak. Saya sudah pernah masuk ke dalam keraton sebelumnya, jadi tawaran itu saya lewatkan dan saya kembali berjalan menuju ke Pusat Grosir Solo untuk melihat-lihat batik.  Saya jatuh cinta dengan batik tulisnya. Akhirnya beli satu yang paling murah, siapa tahu nanti bisa dijahit untuk dijadikan kemeja.

Penjaga keraton Surakarta

Pusing liat batik tulis yang cantik-cantik. Sayang gak ada anggaran yang besar buat beli batik tulis

Jalan kaki sedikit melewati Beteng Trade Center, saya duduk beristirahat di Gedung Djoeang ’45. Gedung ini masih direnovasi tapi sudah bisa dikunjungi. Banyak patung-patung lucu seperti yang ada di Singapore. Cocok buat foto-foto.  Banyak juga yang foto-foto di sini, sementara saya lebih memilih duduk sambil menghitung sisa duit yang ada di kantong apakah masih cukup sampai malam ini merenung menentukan tujuan selanjutnya,

patung-patung di halaman gedung djoeang 45

Setelah cukup lama beristirahat dan perut sudah terasa lapar lagi, saya menuju ke destinasi kuliner selanjutnya, Sate bu H. Bejo yang berada tidak jauh dari area BTC. Lokasi tempat sate bu H. Bejo berada sudah dipadati oleh pengunjung yang ingin makan siang, tapi masih ada tempat duduk. Saya langsung memesan sate campur, sate buntel ditambah sate kambing. Selama ini tiap kali ke Solo saya selalu mencoba sate buntel Tambak Segaran dan baru kali ini mencoba sate buntel lain. Menurut saya, sate buntel bu H. Bejo ini lebih enak daripada sate Tambak Segaran. Monmaap ya penggemar sate Tambak Segaran. #timbuHBejo. Total 60 ribu dibayarkan untuk makan siang kali ini. 50 ribu untuk sate, dan 10 ribu untuk dua gelas es teh tawar.

Sate siap dipanggang

sate buntel dan sate kambing bu H. Bejo

Mana yang bilang makan di Solo itu murah hah? #eh

Setelahnya saya balik lagi ke Gedung Djoeang dan nongkrong lagi di sana sambil people’s watching. Bosan berlama di sana saya mencari halte BST terdekat, Sayangnya jalan di sekitar Benteng Varstenburg sedang dibongkar. Jadi tak ada bus yang berhenti di sana. Saya akhirnya menyusuri jalan dan sampai di depan Balai Kota Solo. Di sini banyak spot foto yang lucu-lucu.

Plaza Balai Kota Solo

Patung punakawan yang terletak di plaza Balai Kota Solo

Setelah puas foto-foto dan istirahat sebentar, saya jalan kaki lagi menuju pasar Triwindu. Jalannya pelan-pelan sambil menikmati pemandangan sekitar. Dari pasar Triwindu saya sampai ke tujuan saya berikutnya, mencoba es krim legendaris di Solo. New Es Krim Tentrem yang berada di jalan Slamet Riyadi merupakan cabang dari es krim tentrem yang berada di Jalan Urip Sumoharjo. Hari yang panas berasa adem dengan makan es krim banana split. Saya memilih duduk di depan jendela menghadap jalan Slamet Riyadi, memandangi kendaraan yang lalu lalang di depan.

banana split new es krim tentrem sambil menatap jalan raya

Setelah beristirahat cukup lama, saya akhirnya jalan kaki menuju Solo Paragon Mal. Ternyata lumayan jauh juga ya. Tidak lama di sana, saya pun mencegat bus BST Solo di halte depan Solo Paragon Mal untuk kembali lagi ke hotel. Bukan apa-apa, jam operasional BST ternyata hanya sampai jam 6 saja. Ibarat Cinderella, kalau tak mau kereta jadi labu eh bus berubah jadi taksi mending saya segera balik ke hotel dan jalan-jalan ke tempat yang bisa dicapai dengan jalan kaki saja.

Seharusnya memang masih banyak tempat lain yang bisa didatangi di Solo, namun meskipun hanya mendatangi sedikit tempat saja, saya sudah berjalan kaki sejauh 17 km lebih. Pada saat jalan tidak terlalu terasa mungkin karena trotoar di Solo cukup menyenangkan. Ada tempat duduk jadi bisa istirahat kalau capek. Pengalaman menggunakan BST juga cukup ok. Sayang jam operasionalnya tidak sampai malam. Hanya, apabila menggunakan google maps ada beberapa halte yang belum ada di google maps. Jadi untuk lebih amannya, lebih baik bertanya dengan petugas BST saja. Bukankah malu bertanya sesat di jalan? #eh

Pengeluaran saya hari ini hanya 13.500 rupiah untuk transportasi. Namun malam harinya karena kaki sudah pegal-pegal saya menuju ke Nest Reflexiology dan Spa yang berada tidak jauh dari hotel. Jadinya tetap tekor juga buat bayar spa.

17 km lebih. pantesan setelahnya kaki jadi cenut-cenut.

2 thoughts on “Sehari di Solo dengan menggunakan Batik Solo Trans

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.