#264 perjalanan

Seperti janji saya sebelumnya, postingan kali ini adalah pictorial dari perjalanan saya seminggu yang lalu ke daerah perbatasan Sumatera Selatan dan Jambi dalam rangka penelitian tentang suku anak dalam. Banyak gambar yang jelas dan maafkan saja kalau jadinya berat untuk dibuka. dan juga ada foto saya *uhuk*, entah kenapa saya sekarang suka sekali difoto jadi jangan protes ya. Soal curhat saya selama ikut penelitian ini sudah saya tulis di beberapa post sebelumnya. jadi rasanya tak perlulah saya posting tentang keluhan saya selama di sana.

Saya bersama tim menjelajahi daerah Sungai Lilin dan Bayung Lencir untuk mencari informasi tentang keberadaan suku anak dalam dan saya akhirnya pergi ke daerah-daerah yang selama ini belum pernah terdengar dan beberapa sepertinya tak ada di peta termasuk di google map.

jalan menuju lokasi

Rata-rata keadaan jalan menuju lokasi adalah seperti ini: jalanan berbatu yang kalau panas penuh dengan debu dan kalau hujan dipastikan berlumpur. Dan setiap hari rata-rata kami membutuhkan waktu 1 – 3 jam untuk sampai ke lokasi yang kami tuju.

ikan tapa

Soal makanan untungnya saya bukan termasuk orang yang rewel. selama masih layak untuk dimakan pasti akan saya makan dan karena daerah sana penuh dengan perusahaan minyak dan perusahaan kelapa sawit, restoran dan rumah makan bertebaran di mana-mana. mau ikan, ayam sampai bebek pun dijual. kecuali daging yang selama saya di sana tidak pernah terlihat jualannya.

Ketika kami ke tempat yang bernama sungai Bangsa, kami menemukan sekelompok suku anak dalam yang terasing. perjalanannya tidak terlalu jauh. hanya berputar-putar mengelilingi kebun sawit. kalau saya dilepaskan di sana sendirian pasti akan tersesat.

kepala suku anak dalam

perempuan suku anak dalam

yang dibisikkan ke anak ini adalah "kalau kamu nakal nanti kamu akan difoto oleh ibu itu."

rokok lintingan sendiri

anak-anak suku anak dalam

ibu muda dan anaknya - suku anak dalam

tamu bersama tuan rumah. saya bahagia bisa foto bersama kepala suku anak dalam

jembatan menuju ke sungai bangsa

Salah satu hal yang menurut saya memprihatinkan *nada pak SBY* anak-anak ini tidak bersekolah karena letak sekolah yang jauh dari tempat mereka bermukim. dan satu hal lagi, tembakau merupakan bagian dari hidup mereka. setiap orang dewasa sepertinya merokok.

Besok parade foto-foto ini masih berlanjut. tetapi sebelum saya pergi *eh*. terimalah persembahan dari saya berikut ini… mwahahaha…

bagaimana? cocok tidak untuk jadi iklan sukses berbisnis MLM? *eh* *ditimpuk massa*

7 thoughts on “#264 perjalanan

  1. @Farijs
    rata-rata mereka memang pakai arloji.
    tapi gak ngerti deh mereka melintingnya pakai apa…

    @Chichi
    sama Chic.. cuma mereka tak mau disebut suku kubu karena dianggap merendahkan.

  2. dengar cerita tentang mereka waktu ke Bengkulu kapan itu πŸ˜€
    kasihan sekali karena tempat hidupnya semakin tergusur
    teman di sana cerita, manakala istrinya sulit melahirkan, maka dibantu oleh orang-orang suku anak dalam ini. pertama-tama mereka melakukan ritual dan kemudian memberikan air kemasan kepada si ibu, dan syukurlah dimudahkan lahiran itu.
    selain itu, ada isu yang beredar kalau mereka ini malas. apa benar, mbak?

  3. @Putri
    saya bukan suku anak dalam….

    @goop
    tepatnya bukan malas. tapi mereka kesulitan mendapatkan akses ke pendidikan sehingga yang bisa mereka lakukan adalah menjadi buruh harian dengan upah yang rendah di perkebunan kelapa sawit di sekitar mereka.
    bagaimana mereka mau maju kalau untuk bersekolah saja perlu waktu dua jam?

    @agussupria
    terima kasih

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.