Balik lagi ke posting soal Hong Kong ya.
Setelah tidur semalaman, flu saya mulai membaik dan saya bangun pagi dengan keadaan membaik dari hari sebelumnya. Di itinerary awal memang sudah dituliskan kalau minggu pagi ini saya ingin ke Victoria Park yang katanya merupakan tempat TKI asal Indonesia berkumpul di hari liburnya. Seperti biasa mengandalkan peta dari gugel map kami menyeberang menuju ke arah causeway bay dengan MTR. Sebelumnya saya terbangun pagi-pagi karena mendengar suara ribut-ribut dari TOA dari jalan yang berada di depan hostel saya menginap. Ternyata pagi itu ada Hong Kong Marathon. Pantas saja jalanan begitu sepi.
Keluar dari stasiun MTR, sempat agak bingung juga melihat arah ke victoria park. Agak ragu-ragu tapi melihat banyak wajah-wajah familiar (maksudnya muka Indonesia), kami langsung bertanya dengan mbak-mbak yang sedang lewat. Jawabannya adalah, ‘neng kono!’ sambil menunjuk ke arah yang dimaksud. Ahahahaha, saya merasa pulang. Kami akhirnya membuntuti mbak-mbak yang sudah membantu tadi. Ternyata minggu pagi memang Victoria Park ini sudah ramai. Sayangnya bagian dalam taman ditutup karena garis akhir Hong Kong Marathon ada di sini.
Meskipun ditutup, semakin siang rombongan TKI asal Indonesia semakin banyak di sini. Dan memang benar, segala tingkah polah perempuan Indonesia ada di sini. Ada yang duduk di sudut taman sambil mengadakan pengajian. Ada yang berjualan makanan (meskipun sebenarnya dilarang). Ada juga beberapa perempuan yang berdandan seperti laki-laki. Jadi sebenarnya, mau jadi apa di negeri orang itu ditentukan oleh kita sendiri. Di sekitar Victoria Park juga ada toko-toko yang menyediakan barang-barang asal Indonesia.
Bosan di Victoria Park, kami ke tujuan selanjutnya: jajan dimsum terenak di Hong Kong dan jelas halal. Ya iyalah halal karena restorannya terletak di dalam masjid. Kalau berdasarkan peta Masjid Ammar And Osman Ramju Sadick Islamic Centre berada tidak jauh dari Victoria Park. Setelah lihat lagi di gugel map, kami memilih untuk naik tram. Ada kejadian salah turun lagi, bertanya lagi dengan mbak-mbak asal Indonesia, kami dikira hendak mencari asrama penampungan TKI dengan saya sebagai tertuduh TKI dan Arie sebagai agen TKI *sigh*. Tapi ada untungnya nyasar seperti ini, akhirnya kami lewat pasar tradisional yang ternyata bersih dan tidak becek.
Ternyata kalau tujuannya baik, maka jalan kita akan dipermudah. Akhirnya masjid ini kami temukan juga. *sujud syukur*. Masuk ke dalam, kelihatan kalau masjid ini berbeda dengan masjid di Indonesia. Karena keterbatasan lahan, masjid ini dibangun menjadi beberapa lantai. Kalau tidak salah bagian perempuan dan bagian laki-laki berada pada lantai yang berbeda. Selain itu ada aula juga. Dan restoran dimsum yang tersohor itu terletak di lantai lima. Liftnya kecil, jadi memang harus sabar menanti giliran. Awalnya saya bingung dengan sistem pemesanan di sini. Dengan pedenya saya sudah mengangkut dimsum-dimsum ini buat dibayar. Tapi karena saya tidak memiliki kertas bon, saya disuruh minta kertas itu dulu dan dimsum yang sudah saya tumpuk itu disita lagi. Ternyata saya harus cari tempat duduk dulu dan baru setelah mendapat tempat duduk pelayan di sini yang akan memberikan kertas bon itu. Barulah kita bisa mengantri dan mengambil dimsum karena sistemnya bayar belakangan. Karena padat, akhirnya kami berbagi meja dengan rombongan bapak dan ibu-ibu.
Setelah mengantri dan mengangkut dimsum ke meja, saatnya untuk makan dimsum ini. Ternyata rasa dimsumnya memang enak dan luar biasa lembut. Ditambah lagi tidak perlu ada keragu-raguan tentang kehalalan makanan ini. Kami masing-masing menghabiskan empat porsi dimsum. Sampai sekarangpun masih terasa enaknya dimsum ini. *nabung lagi buat beli tiket ke hong kong*
Setelah terduduk karena kekenyangan. Saatnya untuk melanjutkan ke tujuan berikutnya: Ke the Peak. Karena katanya pemandangan di The Peak benar-benar luar biasa. Untuk ke sini kita bisa naik trem ke atas. Karena mengandalkan gugel map, kami naik public light buses yang berukuran kecil. Ternyata memang benar, jangan terlalu mengandalkan gugel map karena setelah memutar-mutar dan naik jalanan ke arah the peak yang luar biasa terjal barulah kami ketemu dengan Garden Road Peak Tram yang merupakan tempat pemberangkatan trem yang menuju ke atas. Setelah itu baru kami tahu kalau kami bisa naik bus no 15C yang terbuka di bagian atap dan melayani rute star pier ferry – central ke the peak.
Kami sudah membeli tiket terlebih dahulu, maka kami tidak perlu mengantri lagi untuk membeli tiket, cukup mengantri pada saat hendak naik tram. Karena masih siang antriannya tidak terlalu mengular. Tram ini adalah tram lama yang digunakan untuk transportasi dari atas ke bawah. Saat ini tram ini hanya digunakan untuk keperluan pariwisata saja. yang unik dari tram ini adalah kontrol kemudi yang berada di bagian depan dan belakang. jadi supir tram ini akan berpindah tempat sesuai dengan arah tujuannya dari depan ke belakang.
setelah sampai di atas, tujuan pertama adalah ke madame Tussaud. Dari awal tujuan ke Hong Kong kan mau ketemu Andy Lau. Di bagian depan ada patung Bruce Lee. Cuma karena banyak yang antri buat foto kami langsung masuk ke dalam. Di dalam sini banyak bintang film Hong Kong. Sebagai penonton setia tentu saja banyak yang saya kenali *sok ikrib*. Jadi di sini kita bebas mau ngapain aja dengan patung lilin ini. Jadi jangan salahkan saya kalau banyak pose mesra bersama koko Andy Lau. Ada patung Obama juga, cuma karena harus keluar duit buat foto bareng saya akhirnya tidak berfoto *turis kere*. Ya maafkan saja kalau selanjutnya banyak wajah saya nampang di posting yang ini ya.
setelah dua kali bolak-balik dan berfoto dengan berbagai gaya, kami mulai bosan dan langsung menuju ke Sky Terrace 428 untuk melihat pemandangan Hong Kong yang spektakuler. Ternyata memang pemandangan di sini benar-benar menakjubkan.
Di the peak ini ada tempat untuk menyampaikan pesan. Jadi disediakan kartu dan kita bebas menuliskan apa saja di situ dan bisa ditaruh di tempatnya. Sayang saya lupa memfoto tempatnya lebih jelas.
Niat awal ingin menunggu sampai malam di the Peak ini, tapi anginnya benar-benar lebih kejam daripada ibukota. Setelah keliling-keliling di atas dan membosan kami turun ke bawah dan melihat the peak tower dari bawah. Dan seperti biasa ada tempat belanja juga dong. Cuma karena sini turis kere makanya cuma puas dengan melihat-lihat saja.
Pulangnya kami naik bis tanpa atap untuk ke star pier ferry yang terletak di central. Ternyata semakin sore antrian naik trem ke the peak semakin menggila.
Setelah itu kami pergi ke ladies market buat membeli souvenir murah sebagai oleh-oleh. Banyak yang mengatakan kalau penjual di sini galak-galak. ternyata enggak juga tuh. Kuncinya memang kita harus menawar secara sadis. Kalauun diomelin cuekin aja karena saya juga tidak mengerti mereka ngomel apaan. harusnya saya bisa menawar lebih murah lagi, tapi ya mungkin rejeki mereka juga kali ya. saya membeli kipas seharga 17 HKD sebiji. Tapi kipasnya bagus sih *menghibur diri karena masih kemahalan juga*. magnet kulkas dapet di harga 10HKD per biji. gantungan kunci seharga 25HKD isi 5. dan kaos I ♥ HK didapat dengan harga 100 HKD untuk 7 kaos. Jadi ya itu tadi. Tawarlah sepertiga harga. Meskipun sambil menggerutu kalau kita ngotot biasanya transaksi terjadi kok.
setelah capek keliling ladies market kami memilih untuk makan malam di restoran sushi. Dan karena Hong Kong berada di tepi laut, ikannya benar-benar masih segar.
Pengeluaran hari ini:
makan dimsum HKD38
beli air minum HKD 4
beli gantungan kunci HKD 100
beli magnet HKD 60
beli kipas HKD 85
beli kaos HKD 100
makan sushi HKD 150
Ada juga beberapa perempuan yang berdandan seperti laki-laki….
Banyak Tik …
dan biasanya berpasangan … 😦
Mudah-mudahan hanya fenomena sesaat saja …
Salam saya
Biasanya karena mereka jauh dari keluarga om. Dan memang akhirnya tergantung pada diri kita sendiri. Mau jadi apa ketika jauh dari keluarga.
hai, apakah ada info gimana caranya ke Masjid Ammar dari the peak ? tengkiuuuh
Coba jalan ke statue square dan naik bus N121 ke arah Kwun Tong dan turun 4 halte setelahnya di hearoad street dan jalan ke masjid Ammar.
Pingback: Harvest Bar, Cafe and Resto | Life is Beautiful