Tadi siang saya bertemu dengan seorang teman yang kebetulan mendapat job untuk mengevaluasi siswa di satu sekolah. mereka dievaluasi cocoknya masuk di kelas unggulan atau kelas reguler. Karena saya memang agak usil, lantas saya bertanya. Jadi, berapa orang yang direkomendasikan masuk kelas unggulan? Teman saya menjawab tidak seorang pun. Terus terang saja ini menarik karena: tersebutlah sekolah unggulan x di kabupaten x di propinsi x, hasil tes IQ siswa-siswanya paling tinggi adalah 116. Ada beberapa yang malah kalau berdasarkan hasil tes masuk di borderline (yang terendah IQnya 70 lho). Berdasarkan evaluasi juga terlihat bahwa kemampuan daya pikir bilangan praktis (matematika dasar) juga sangat lemah.
Saya pribadi tidak setuju dengan sekolah unggulan karena sekolah unggulan itu bertentangan dengan equal opportunity in education. kalau semua siswanya dari awal pandai wajar saja hasilnya akan luar biasa bagus. ada prinsip garbage in garbage out kan? Justru menurut saya sekolah yang hebat adalah sekolah yang berhasil mendidik siswanya yang tadinya bodoh bisa menjadi siswa yang cerdas.
Saya tidak akan membahas tentang hubungan tes IQ dengan kesuksesan seseorang. tapi yang menarik menurut saya adalah sekolah unggulan yang biasanya akan memilih yang terbaik dari yang terbaik ternyata kualitas siswanya cuma segitu. Memang hal ini bisa diperdebatkan. bisa saja para siswa ini rajin belajar sehingga mereka nilainya selama ini bagus-bagus. Atau seperti kisikan dari teman saya, rekrutmen masuk sekolahnya agak kacau karena ternyata banyak siswa-siswa titipan dari instansi terkait. Tapi saya lebih curiga lagi karena sistem ujian nasional yang hancur sehingga mereka bisa lolos seleksi berdasarkan nilai ujian nasional sementara nilai ujian nasional itu sendiri sudah dikatrol.
Tetapi yang menjadi perhatian saya adalah sekolah unggulan biasanya mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah termasuk masalah anggaran. Alangkah sayangnya kalau ternyata siswa yang sebenarnya lebih berhak untuk masuk sekolah unggulan ini justru tersingkir hanya karena sistem rekrutmen yang tak adil. Ketika saya mengintip website tak resmi sekolah ini, sekolah ini mengklaim untuk bisa masuk ke sini harus mengalami persaingan yang sangat kompetitip #okesip. Saya tidak percaya kalau di kabupaten x itu siswanya tidak ada yang lebih cerdas daripada itu. tapi kenapa yang IQnya di borderline bisa masuk. kenapa??? *mendrama*
PS: sekolahnya menetapkan syarat untuk masuk ke kelas unggulan harus punya IQ minimal 125. dengan IQ tertinggi yang 116 entah sekolah akan menurunkan standar atau malah tak punya kelas unggulan. yang jelas teman saya mengatakan hasil itulah yang akan disampaikan ke sekolah itu.
tapi setuju dengan pendapat mbak Ira, sekolah yang sukses itu justru yang berhasil membuat siswanya pintar… bukan cuma yang udah pinter dari sononya…
Memang sekolah-sekolah unggulan semacam ini seakan menjadi momok keadilan pendidikan. Anggaran banyak terserap ke situ, sementara banyak sekolah lain yang bahkan bangunannya sudah tidak layak ditempati.
Saya setuju sekali dengan kutipan ini: “Sekolah yang hebat adalah sekolah yang berhasil mendidik siswanya yang tadinya bodoh bisa menjadi siswa yang cerdas”
Adanya sekolah unggulan sekarang ini lebih berorientasi ekonomi. Sekolah unggulan akhirnya identik dengan sekolah mahal.
Mengomentari pendapat pribadi mbak ira di awal kalimat paragraph dua…
saya pribadi berfikir, adanya kelas unggulan bukan untuk mengklasifikasikan murid dengan sistem “garbage in dan garbage out” kata mbak… tapi lebih membantu dengan proses pengajaran itu sendiri. Kalau di satu kelas, rentang kemampuan belajar siswanya terlalu beragam dan jauh, itu akan menyulitkan masing-masing pihak. Jika guru memihak anak lemah belajar, anak pintar dan menengah akan cepat bosan. sementara jika guru memihak anak pintar, anak menengah dan lemah akan keteteran dan bahkan bisa jadi frustrasi dalam mengikuti pelajaran.
IQ saya berapa ya…? 🙄
#gapenting
Kelas Unggulan …
Sekolah Unggulan …
mmm …
no comment
(yang jelas sebagian besar Trainee saya yang berhasil … adalah anak-anak yang biasa saja … namun mereka mempunyai kompetensi sosial yang sangat tinggi …)
Lebih tahan banting !!!
Salam saya
kalau sistem masuknya yang sudah kacau, sungguh disayangkan.
Sekian puluh tahun yang lalu yakni pada era industialisasi mungkin IQ adalah primadona. Namun sekarang hari berganti dan era pun berubah. Untuk sukses disaat ini seseorang harus kreatif. Ngomong2 tentang IQ dan kreatifitas dipicu oleh bagian otak yang berbeda. Jadi jawabannya pasti sudah diketahui bahwa orang yang masih mengagungkan IQ pasti akan tergilas oleh zaman