#14 itikkecil dan maaf

Kemarin saya memfotokopi beberapa dokumen yang penting. definisi penting di sini sih relatif. penting menurut saya belum tentu penting menurut anda. Kuesioner survey yang sudah diisi bisa jadi tak berarti apa-apa buat pengepul barang bekas dan bisa dinilai berdasarkan harga kiloan kertasnya. tetapi kuesioner itu berarti buat orang yang mengadakan survey karena respondennya berada jauh dari sini. Anyhoo… dokumen itu penting menurut saya.

Selama ini saya memang selalu memfotokopi dokumen-dokumen saya di tempat itu karena tidak pernah ada masalah sebelumnya. Dan biasanya juga dokumen selalu ditinggal dan diambil kemudian. Baru kemarin saya menunggu sampai dokumen itu selesai difotokopi. Awalnya sih biasa-biasa saja sampai saya melihat kalau dokumen asli yang harusnya difotokopi itu agak remuk. Pertama-tama saya hanya diam saja dan mengawasi mbak yang mengerjakan fotokopiannya.

saya : mbak, kenapa kertas yang ini jadinya agak remuk?
si mbak : iya mbak tadi mesin fotokopinya agak macet. perlu diganti ya?
saya : mau diganti pake apa?
si mbak : ganti pake apa ya? gak tau kenapa bisa macet gitu.

WTF! tidak ada sama sekali rasa bersalah dan tidak ada permintaan maaf. Paling tidak harusnya bilang ke saya : “maaf mbak, tadi mesin fotokopinya macet jadi kertasnya remuk”. Saya toh tidak akan marah. percuma juga marah-marah karena memangnya kertas yang remuk dan hampir hancur itu bisa mulus kembali? kalau seandainya tidak saya tanyakan pasti juga si mbak itu bakalan diam saja. Inilah yang membuat saya seringkali ilfil kalau mau balik lagi ke tempat yang sama. Padahal bukankah salah satu kunci pelayanan yang baik adalah bisa memuaskan pelanggan?

Intinya adalah, jangan pelit untuk mengucapkan kata maaf. Toh tidak perlu keluar uang untuk meminta maaf. Lain halnya kalau setiap kali minta maaf dicharge 100 ribu rupiah misalnya.

9 thoughts on “#14 itikkecil dan maaf

  1. Intinya adalah, jangan pelit untuk mengucapkan kata maaf. Toh tidak perlu keluar uang untuk meminta maaf.

    Bener sih. Cuman bagi beberapa orang, minta maaf mengharuskan menurunkan ego, yang kadang sangat sulit kalau sudah terlalu tinggi. Mungkin si Mbak tukang fotokopian juga begitu? :mrgreen: Atau memang tidak dibiasakan saja ya.

  2. Atau mungkin dia ngerasa kalo kesalahan mesin potokopi yang macet itu adalah hal yang biasa aja dan gak penting untuk dijadikan alesan meminta maaf. Atau mungkin kata @lambrtz, gak dibiasain kali πŸ˜†

  3. @lambrtz
    kalau soal tidak dibiasakan, harusnya bossnya yang membiasakan anak buahnya untuk meminta maaf setiap kali melakukan kesalahan. kan konsumen adalah raja…

    @ansella
    enak malah dapet diskon…

    @Christin
    iya sih, gak penting menurut dia. tapi tetap penting menurut saya… *eh*

    @budiono
    iya sih, tak punya empathy

    @desty
    woo… kalo gitu memang minta digebuk…

  4. untung mbak gak dimarahin sama tukang fotokopi itu, kan sekarang banyak yang berpikir kita lah yang butuh jasa mereka dan melupakan azaz jika pembeli a.k.a konsumen adalah RAJA.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.