Palembang saat ini merupakan kota yang cukup maju. Saat ini, makanan-makanan dari luar bisa dengan gampang diperoleh di sini. Gerai-gerai makanan cepat saji bertebaran di kota ini sehingga menjadi pilihan utama untuk dikonsumsi pada situasi apa saja. Coba perhatikan, kadang-kadang ulang tahun anak pun dirayakan di restoran cepat saji. Hal ini membuat masakan khas Indonesia secara perlahan mulai tenggelam. Ada banyak makanan yang saat ini hanya dikenal namanya saja dan mungkin malah banyak yang tidak tahu. Gulai umbut misalnya adalah makanan yang mungkin tidak banyak yang tahu termasuk saya.
Pada tanggal 12 Desember 2014, mi ABC Gule Salero mengadakan acara Barapat Basamo yang diadakan di Riverside Restaurant Palembang. Dalam acara ini, mi ABC memperkenalkan kembali jenis-jenis gulai yang pernah ada di Sumatera termasuk Sumatera Selatan. Di dalam talkshow, dibahas tentang berbagai gulai yang ada di Sumsel. Pada prinsipnya hampir semua masakan yang ada di Sumsel disebut dengan gulai. Beberapa gulai yang masih ada sampai saat ini misalnya gulai malbi dan gulai tempoyak. Kalau gulai tempoyak sih, di rumah juga masih sering dimasak. Begitu juga dengan gulai tihau atau gulai yang terbuat dari jamur. Di dalam kesempatan ini juga ditunjukkan berbagai gulai yang ada di Sumatera. ada gulai kambing, gulai paku, gulai umbut, gulai tabot dan gulai ikan baung.
Setelah talkshow acara dilanjutkan dengan battle antara Chef I Gede Surata dan Chef M. Khatib Iqbal. Chef I Gede Surata memasak Gulai kepala kakap sementara chef M. Khatib Iqbal memasak gulai tempoyak. Saat memasak ini, kedua Chef ini juga memberikan tips-tips tentang cara memasak terutama cara memasak dengan santan agar gulainya lebih terasa enak.
Setelah selesai, semua tamu yang hadir dipersilakan untuk mencicipi gulai kepala kakap dan juga gulai tempoyak yang telah dipadukan bersama mie gule salero. Selain mencoba kedua menu di atas, undangan juga diperbolehkan untuk mencoba berbagai macam gulai yang berasal dari Sumatera tadi.
Saya sendiri sehari-hari lebih memilih kuliner Indonesia untuk dimakan. Saya lebih memilih makan rumah makan indonesia yang jual bebek daripada makan di gerai cepat saji. Makan kuliner luar sih kalau sedang ingin dan ada duit lebih saja. Di rumah juga saya lebih suka kalau ibu saya memasak makanan khas Sumsel seperti pindang ataupun gulai tempoyak. Agar kuliner Indonesia tidak tenggelam karena serbuan kuliner asing, adalah tugas kita untuk tetap menjaga agar kuliner Indonesia tetap ada. Salah satu caranya mungkin dengan lebih banyak mencoba kuliner khas Indonesia. Mungkin teman-teman punya ide agar kuliner khas Indonesia tetap ada?
Palembang surga kuliner dan aku jatuh cinta sama mpek2 + martabak har 🙂
Btw ntar aku nyobain mie abc ini ah
Udah nyobain pindang belum? Harus dicoba juga.