Pengejar angin bercerita tentang seorang anak muda bernama Dapunta (Qausar) yang bercita-cita ingin kuliah. akan tetapi ayahnya yang seorang pimpinan komplotan bajing loncat tidak setuju dan ingin agar Dapunta mewarisi jabatannya sebagai pimpinan bajing loncat. Film ini menceritakan tentang perjuangan Dapunta untuk melanjutkan sekolahnya meskipun banyak halangan.
Itu sinopsis ceritanya. dan setelah menonton rangkaian film-film yang buruk, menonton film ini sungguh suatu selingan yang menyenangkan. ceritanya mengalir dan tidak terkesan dipaksakan. karena ini film yang disponsori oleh pemerintah provinsi Sumatera Selatan, pesan sponsor jelas masuk di sini. khususnya tentang program unggulan gubernur Sumsel yaitu berobat dan sekolah gratis *ehem*. tetapi menurut saya, penempatan tidak terlalu kentara meskipun pada akhirnya terutama orang Sumatera Selatan akan tahu kalau itu pesan sponsor.
Pesan yang saya tangkap setelah menonton film ini jelas: bahwa setiap orang punnya equal opportunity in education. setiap orang punya kesempatan yang sama untuk sekolah meskipun bapaknya bandit paling berbahaya sekalipun. karena pendidikan adalah salah satu cara untuk mengubah nasib. termasuk ketidakmauan Dapunta untuk menjadi perampok. Jadi, terlepas dari pesan sponsornya apa, saya amat menikmati film ini. Castingnya menurut saya tepat. Mathias Muchus yang berperan sebagai ayah Dapunta tampil menonjol di film ini. dengan logat Lahat yang kental dan pas. tentu saja, mengingat fakta Mathias Muchus juga berasal dari Pagaralam yang berada di dekat Lahat. sepanjang film, saya selalu senyum-senyum setiap kali mendengar Mathias Muchus berbicara. mengingatkan saya pada logat keluarga ibu saya *eh*.
Casting pemain lain juga rasanya pas, pemeran Dapunta kalau menurut salah seorang teman saya, gantengnya ganteng khas Palembang #eaaa. errr… ganteng orang Indonesia sih. lagipula akan aneh kalau pemuda asli Lahat mukanya mirip-mirip bule. meskipun kalau asli lahat sih kulitnya rata-rata putih gitu. Pemeran Nyimas (Siti Helda) yang merupakan gadis yang ditaksir oleh Dapunta juga cantiknya khas Palembang. lebih cocok daripada kalau Arumi Bachsin yang jadi Nyimas misalnya.
Ceritanya juga tidak mengada-ngada. masalah bajing loncat yang sering menghadang mobil untuk merampok memang masih ada di daerah sana. meskipun tidak sesering dulu. dan cara Dapunta mencapai impiannya juga realistis, meskipun yang jadi pertanyaan saya, kenapa UI? kenapa tidak Unsri? mungkin karena UI relatif lebih dikenal di luar Sumsel sepertinya. Nama Dapunta juga keren. dulu saya malah mengira film ini akan bercerita tentang salah satu raja yang merupakan pendiri kerajaan Sriwijaya. jadi mikir nih, keren juga kalau dijadiin nama anak *ehem lagi*.
Ada beberapa hal-hal kecil yang tidak terlalu mengganggu, terutama buat orang non Sumsel. sebagai contoh, penggunaan kata sentulup sebagai kata ganti buat senter, harusnya belur karena sentulup lebih jamak digunakan di Pagaralaram. penggunaan kata jawara, seharusnya juare karena memang bahasa lahat pada ujung kata biasanya menggunakan e, jadi hendak ke mana akan menjadi nak kemane 😀
dan lokasi yang agak aneh mengingat air terjun bedegung sebenarnya berada di Muara Enim bukannya di Lahat. tapi percaya atau tidak, pemandangan rural area di daerah Lahat memang seindah yang ditampilkan film ini. *jadi pengen mudik ke kampung nenek*. Pada akhir film ditampilkan penampakan bapaknya Dapunta yang saya curigai sebagai siluman harimau. sayangnya mungkin karena budget yang terbatas, animasi harimaunya terlihat jelas. lain kali mungkin bisa lebih halus lagi ya kakak 😀
Menonton film ini membuat saya bangga sebagai orang Sumatera Selatan, karena film ini mengingatkan saya bahwa di Sumsel juga banyak daerah dengan pemandangan yang luar biasa indah.
PS : poster dicolong dari sini
nama anak? ehem ehem #kode
‘jongkok menunggu undangan’ ‘lospokus’
iya mba, sebenernya banyak loh tempat keren di Indonesia, cobe cek Ring of Fire deh mba
eh, aku harus nonton film ini berarti, biar nostalgia sama logat Lahat 😆
Oh, ternyata macannya boongan? (okok)
Keren nih kalau sinematografinya banyak pemandangan-pemandangan begini. Jadi pengen nonton… 😀